Mengingat John M Echols

 
Diantara sekian banyak figur yang telah berkontribusi pada masyarakat Indonesia dan Aceh khususnya, nama John Minor Echols, Professor Emeritus dalam Kajian Linguistik dan Asia di universitas Cornell barangkali termasuk salah satu yang sangat familiar. Namun sedikit yang mengetahui siapa sebenarnya ia. Barangkali ini disebabkan oleh sedikitnya ulasan yang telah dilakukan mengenai latar belakangnya dan implikasi kontribusinya terhadap perkembangan pengetahuan mengenai rakyat Indonesia. Sepanjang penulusuran penulis, setelah meninggal secara tiba tiba dalam tidurnya pada tahun 1982, hanya dua orang yang menerbitkan secara ilmiah biografi John M Echols. Mereka itu adalah John M Echols: March 26, 1913- June 16 1982 karangan O. W. Walters yang dipublikasi dalam jurnal ‘Indonesia’ beberapa bulan setelah ia meninggal. Seorang lainnya adalah A Teeuw dengan tulisannya berjudul In Memoriam John M Echols. Meskipun begitu tulisan ini tidak bermaksud untuk menyediakan ulasan atau pendapatan berbeda melainkan hanya sebagai informasi sekaligus telaah bagi para pembaca yang tidak punya kemampuan bahasa Inggris yang cukup. 
Secara signifikan, Karya John M Echols yang paling mempengaruhi tindakan pembelajaran dikawasan ini adalah karya kamus Bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris yang ia kerjakan bersama Hassan Shadiliy. Kamus ini barangkali merupakan kamus Inggris-Indonesia modern pertama yang diterbitkan dan dipakai secara luas setelah periode kemerdekaan. Kamus ini terbukti memenuhi hampir setiap kebutuhan dasar linguistik setelah mengalami pencetakan berkali-kali sejak terbitan pertamanya pada tahun 1961. Saya secara personal pun tidak bisa lupa bahwa andalan kamus Bahasa Inggris satu satunya yang masih saya pakai adalah karya John M Echols dan Hassan Shadiliy ini. Semasa duduk dibangku kuliah sejak tahun 2003 hampir setiap teman-teman seangkatan menggunakan kamus ini untuk membantu pembelajaran subjek-subjek Bahasa Inggris. Hingga kini kamus ini masih mendominasi deretan-deretan buku bahasa asing tidak hanya di kampus tapi juga di toko buku terbaik di Indonesia dan Aceh, khususnya. 
John M Echols merupakan figur intellektual yang sangat produktif dan punya mobilitas yang ekstrim. Ia sempat tinggal beberapa bulan di Indonesia, Malaysia, dan Vietnam Antara tahun 1950-1960. Sejak tahun 1970an, ia sering dimintai untuk jadi konsultan dan penguji kajian-kajian pendidikan tinggi di universitas-universitas di Amerika, Singapura dan Malaysia. Ia dipercayai sebagai orang yang anthusias dengan ilmu pengetahuan, gesit, pekerja keras, dan optimis. Dengan kepribadiannya itu, ia dipercayai sebagai komisaris untuk Institut Amerika Utara sejak tahun 1972 hingga kematiannya pada tahun 1982. Tahun 1978 ia ditunjuk sebagai presiden untuk Asosiasi Kajian Asia disamping juga memiliki hubungan spesial sebagai ahli di Leiden untuk Koninklijk Institut voor Taal,-Land,-en Volkenkunde. 
John M Echols memiliki skill dalam berbagai Bahasa. Lebih dari 12 bahasa ia kuasai oleh karenanya tidak mengherankan jika ia dimintai sebagai tenaga pengajar Bahasa Asing di beberapa universitas di Amerika. Bahasa Indonesia, Melayu, dan Tagalog adalah dari sekian bahasa yang ditawarkan padanya selain kepopulerannya dalam Bahasa lain seperti Bahasa Denmark, Finlandia, Hungaria, Swedia, Jerman, Russia, Jawa, melayu-polinesia, Eskimo, Icelandik kuno, Saxon kuno, dan Sanskrit. 
Selain kamus ia telah menulis berbagai kajian mengenai Asia dan Indonesia yang lapangannya juga didominasi dengan tema penterjemahan, bibliografi, dan dokumentasi. Untuk hal terahir ini Ia diketahui sebagai kolektor materi materi sejarah penting seperti manuskrip-manuskrip kuno dari berbagai Negara di Asia Tenggara. Pada tahun tahun akhir menjelang kematiannya koleksinya di Perpustakaan Olin diberi status baru dengan panggilan ‘John M Echols Collection’ dengan bantuan Oey Giok Po yang menjadi curator pertamanya. 
Dari sekian banyak kontribusinya pada dunia intelektualisme, yang paling menonjol adalah kerja kerasnya dalam menyorot kajian-kajian Asia Tenggara yang difasilitasi Asosiasi Kajian Asia Tenggara di Universitas Cornell yang ia pimpin sejak tahun 1954 hingga masa pensiunnya tahun 1978. Oleh karena kegigihannya, kajian mengenai Asia Tenggara telah menarik berbagai peneliti baik dari Indonesia maupun International. Menurut .O.W. Walters, antusiasme John M Echols berperan begitu besar dalam kemajuan kajian-kajian negara jauh di universitas tersebut. 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

More articles ―