Sponsored by The Ministry of Culture, Education, Research and Technology of IndonesiaSeptember-October 2023
- Pengenalan
Dalam dekade terakhir, ada peningkatan studi sejarah tentang mobilitas interkoneksi global antara India Selatan dan Asia Tenggara yang berkontribusi pada perluasan hubungan ekonomi, sosial dan politik antar kawasan. Salah satu perkembangannya adalah meningkatnya perdagangan bilateral antara India dan Indonesia sebagai hasil dari intensifikasi kajian jalur rempah dalam 7 tahun terakhir, di mana Indonesia menjadi mitra terbesar kedua India setelah Singapura di kawasan ASEAN pada tahun 2022. India mengimpor barang perdagangan dari Indonesia senilai US$17,93 miliar, menjadikannya mitra terbesar ke-4, menurut catatan India Brand Equity Foundation. Kedua negara menargetkan keuntungan sebesar US$50 miliar pada tahun 2025.
Terlepas dari perkembangan yang begitu krusial, banyak sarjana mempermasalahkan fokus jalur rempah dalam sejarah global cenderung lebih terpusat hanya pada salah satu negara yang dipelajari, bukan secara seimbang pada keduanya. Jejak data primer soal rute rempah tersebar diberbagai titik arsip yang kemudian mensifati alur metodologi dalam membentuk wacana sejarah. Semakin banyak data primer yang menunjuk pada suatu negara, semakin dominan pengetahuan yang dikonstruksinya (Hofmeyr, 2010). Ini tentu memberikan pengaruh pada perilaku negara dalam hubungan internasional.
Di luar diskusi tentang sifat metodologi yang dapat mengarah pada pembentukan identitas sejarah dan politik, penelitian ini mengusulkan untuk membangun narasi alternatif di mana sejarah global yang saling berhubungan melalui jalur rempah-rempah harus menjadi karakter sistem internasional tidak hanya India atau Indonesia sebagai negara tetapi juga sebagai karakter negara-negara nusantara; bahwa jalur rempah adalah aktor utama yang membentuk budaya berbenda bersama yang masih dapat disaksikan dalam mobilitas dan budaya rempah laut, tekstil, dan galangan kapal yang berwujud dan tidak berwujud di Indonesia dan India.
Studi tentang budaya benda bersama yang dibangun melalui jalur rempah telah lama diabaikan karena pengaruh periodisasi di mana ketidakamanan dunia terjadi alasan hambatan dan penelitian ini adalah upaya awal untuk mulai melihat lebih jauh bagaimana jalur rempah bertindak sebagai kekuatan multipusat dalam menjembatani budaya benda bersama antara India dan Indonesia.
Berdasarkan keprihatinan itulah, tim jalur rempah pertama telah diterbangkan ke India pada bulan Oktober 2023. Dalam tenggat waktu 28 hari, tim jalur rempah yang dianggotai oleh Saya, Nia Deliana dan Nurul Izzah telah sukses mencapai petunjuk krusial yang menunjuk pada hubungan Sejarah India dan Indonesia, tidak hanya seputar hubungan periode maritim Hindu tapi juga periode maritim Muslim. Terutamanya data data arsip yang bertahun antara 1660-1780 menunjukkan rute rute rempah Indonesia yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Rute rute rempah ini diketahui telah dimonopoli oleh hegemoni ekonomi Belanda. Arsip arsip ini berbahasa Belanda. Sebagian lainnya berbahasa Denmark. Arsip ini terletak di perpustakaan arsip Madras di ibukota Tamil Nadu, Chennai.
Selain itu terdapat pula informasi informasi penting lainnya dari para ahli lokal. Beberapa diantaranya menyampaikan data data seputar arsip korespondesi surat menyurat antara keluarga-keluarga Kerajaan di India Selatan dengan Indonesia. Surat menyurat ini diketahui berjumlah lebih dari 17,000 lembar bertanggal antara abad ke-18 hingga ke-19 dan berbahasa Malayalam, Arab, Inggris, dan Tamil. Disebabkan kondisi Virus Nipah dan kepelikan administrasi kantor arsip untuk akses peneliti luar negeri, penelusuran lebih lanjut belum bisa dilakukan. Arsip arsip ini terletak di Kayalpattinam dan di Thiruvanathapuram.
Selain arsip manuskrip terdapat pula indikasi hubungan dalam bidang arkeologi pottery, nisan dan arsitektur yang perlu ditelusuri lebih lanjut oleh para pakar dibidangnya.
Proposal ini berfokus pada ekploratori lebih lanjut pada penemuan dari kunjungan pertama. Jelajahan ini mencakupi tak hanya kunjungan ke bagian-bagian arsip yang belum dilakukan, tapi juga mengupayakan penterjemahan dan transliterasi arsip ke dalam Bahasa Indonesia agar bisa di pelajari secara mendalam hingga menghasilkan terbitan orsinil yang menjadi kontribusi baru bagi hubungan internasional Indonesia dan India.
Objektif
Penelitian ini mengidentifikasi dan memetakan jalur penghubung rempah-rempah melalui pelabuhan- pelabuhan, komunitas keluarga persilangan, dan pusat-pusat dagang di India sejak era kedaulatan kesultanan multisenter hingga era kekinian. Ini mengkaji sejauh mana rute rempah-rempah bertindak sebagai magnet pengaruh yang masih berperan pada kelanjutan hubungan negara India dan Indonesia. Kajian ini juga menyelidiki sejauh mana persepsi masyarakat dalam mengakui kebersamaan identitas rempah-rempah antara Indonesia dan India.
Premilinary Explorative Findings
- Chennai
Eksplorasi wilayah Chennai dilakukan dengan mengunjungi Tamil Nadu Archive, Conemmara Public Library, Anna Centenary Library dan Government Museum. Tiga hari pertama kami habiskan dengan dengan mengurus persyaratan administrasi untuk dapat mengakses arsip di Tamil Nadu Archive. Persyaratan administrasi yang diminta antara lain : a) surat pengantar penelitian, b) pas foto satu lembar, c) fotokopi paspor. Selain itu kami diminta untuk membayar 200 rupe per orang untuk biaya pendaftaran dan 500 rupe per orang untuk biaya mengakses arsip. Ruang arsip mereka memiliki 2 komputer yang dapat digunakan untuk mengakses katalog arsip. Sayangnya katalog arsip yang lengkap hanya ada di satu computer sehingga kami harus mengantri untuk mengakses katalog. Di Tamil Nadu Archive, mereka memiliki koleksi arsip tidak hanya dari masa kolonial Inggris namun juga Belanda, Danish, Persia, Tamil. Dari koleksi-koleksi mereka yang menarik perhatian kami adalah koleksi Dutch Record khususnya surat-surat dari Batavia yang dikirim ke Fort St. George. Koleksi mereka dimulai dari abad 16. Sayangnya tidak semua koleksi surat ini bisa dibaca dengan jelas karena kondisi kertas yang sudah sobek, dan tulisan yang sudah mengabur. Kami mengunjungi Conemmara Public Library di bagian old building. Bagian ini buka dari jam 10.30-17.00 dari senin-minggu. Perpustakaan ini menyimpan banyak koleksi buku langka termasuk koleksi penelitian-penelitian mengenai daerah Madras Presidensi, dan juga Almanac. Selain mengunjungi Conemmara Public Library, kami juga mengunjungi Anna Centenary Library. Bagian yang menarik dari perpustakaan ini adalah ruangan di lantai 7 yang menyimpan manuskrip-manuskrip berbahasa Tamil. Sayangnya karena kami tidak bisa mengakses koleksi manuskrip mereka. Selain permasalahan bahasa, katalog yang mereka miliki tidak memberikan informasi umum mengenai isi dari manuskrip sehingga kami tidak dapat menggali informasi lebih lanjut mengenai manuskrip lokal yang memiliki informasi terkait hubungan nusantara dan India, serta jalur rempah. Tidak hanya mengunjungi perpustakaan serta kantor arsip, kunjungan di Chennai juga dilakukan dengan melihat koleksi Goverment Museum. Museum ini terbagi menjadi 5 gedung yang menyimpan koleksi menarik. Salah satu yang terkenal dari dari museum ini adalah koleksi arca perunggu. Dalam museum ini belum ditemukan koleksi yang secara spesifik mengenai jalur rempah, maupun koleksi mengenai hubungan dengan nusantara. Koleksi mengenai Indonesia ditemukan di bagian zoologi yang bicara mengenai burung kasuari sebagai hewan asli Indonesia. Namun dari kunjungan di museum ini ditemukan koleksi plakat perunggu yang menjelaskan mengenai daerah-daerah yang diberikan oleh raja Chola untuk dibangun kuil hindu. Setelah mencari lebih jauh mengenai plakat-plakat perunggu semacam ini di internet ditemukan bahwa ada koleksi plakat perunggu yang tersimpan di Leiden University yang menceritakan mengenai pembangunan kuil Budha di Nagapattinam oleh Syailendra, raja dari Sriwijaya yang dibantu oleh Raja Chola pada abad ke 11. Plakat perunggu ini terdiri dari 34 lembar yang berbahasa sanskrit dan tamil. 5 lembar berbahasa sanskrit menjelaskan mengenai silsilah raja Chola. Hal ini menarik untuk ditelusuri lebih jauh mengingat narasi yang seringkali didengar mengenai hubungan Chola dan Sriwijaya adalah adanya invasi yang dilakukan oleh kerajaan Chola ke Sriwijaya pada 1025 masehi. Di Chennai pula kami bertemu dengan Prof. Raja Muhammad, seorang ahli Sejarah muslim Tamil Nadu yang menulis buku mengenai sejarah muslim koromandel. Dari beliau kami mendapatkan informasi mengenai koleksi arsip-arsip yang dapat kami akses untuk mencari informasi terkait hubungan India dan Nusantara serta jalur rempah.
- Pulicat
Kunjungan ke wilayah Pulicat dilakukan karena wilayah ini memiliki sejarah yang panjang . Kunjungan kami ke Pulicat dipandu oleh Kombai S. Anwar yang merupakan seorang film maker dan juga penggiat sejarah Tamil Nadu. Sejarah Pulicat dapat dilacak sejak abad 9 ketika mereka berinteraksi dengan pedagang di laut arab. Hubungan ini masih terus berlanjut hingga abad 13. Pada abad ke-17, wilayah ini menjadi bagian dari pelabuhan penting oleh Belanda dan terlibat dalam perdagangan termasuk perdagangan budak. Sayangnya setelah Inggris menguasai Pulicat, daerah ini tidak lagi dijadikan sebagai Pelabuhan yang penting dan berubah menjadi teluk nelayan. Saat ini peninggalan Belada di Pulicat saat ini masih masih dapat dilihat dari peninggalan rumah-rumah Belanda dan Pemakaman Belanda dari abad 17. Selain melihat pemakaman, rumah-rumah peninggalan kolonial Belanda, dan masjid bergaya Dravidian di Pulicat, kami juga dipertemukan dengan warga lokal yang menempati rumah peninggalan Belanda. Mereka masih menggunakan peninggalan-peninggalan di sana, seperti wadah air penampung hujan, dan peti penyimpanan barang.
- Pundicherry
Kunjungan di Pundicherry dilakukan dengan mengunjungi perpustakaan French Institute of Punducherry, State Archive in Pondicherry dan Museum Pundicherry. Kunjungan ke state Archive in Pondicherry berbeda dengan Tamil Nadu Archive. Jika kami menghabiskan waktu 3 hari untuk mengurus administrasi, maka di State Archive of Punducherry kami hanya butuh waktu satu hari saja untuk mengurus administrasi sebelum dipersilahkan mengakses arsip. Yang kami butuhkan hanya mengisi formular dan melampirkan surat keterangan penelitian. Koleksi arsip yang di simpan di tempat ini kebanyakan berbahasa Prancis. Hal ini dikarenakan wilayah Pondicherry sebelum masuk sebagai bagian dari negara India merupakan wilayah kekuasaan Prancis. Karena adanya keterbatasan bahasa maka kami memutuskan untuk mengakses koleksi arsip dalam bahasa Inggris. Di Arsip ini dilarang untuk memotret katalog dan arsip. Tersedia layanan photocopy arsip yang dikenakan biaya 10 rupee perlembar. Selain ke arsip, kami juga mengakses koleksi buku-buku di perpustakaan french institute of pondicherry dan museum Pondicherry. Museum ini termasuk museum yang cukup kecil. Koleksinya khususnya di lantai dua dikhususkan untuk barang-barang peninggalan kolonial Prancis sementara lantai satu memamerkan koleksi hasil eskavasi di Arikamedu heritage site.
- Kannur
Perjalanan di Kannur kami lakukan dengan bertemu orang dan mengunjungi tempat bersejarah seperti fort Angelo, masjid tua dan Arakkal Museum. Di Kannur, kami dipandu oleh Muhammad Shihad, seorang penggiat sejarah dan heritage untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Sementara untuk bertemu dengan orangorang sekitar kami ditemani oleh Waseem, seorang antropolog yang baru saja menyelesaikan S3nya di Jerman. Di Kannur, kami bertemu dengan Dr. Malavika Binny, seorang sejarawan di Kannur University yang berfokus pada Sejarah sains dan Kesehatan. Selain itu kami juga bertemu Abdulla Anchilath, seorang novelis yang juga fokus pada Sejarah dan arkeologi. Kami bertemu di Madayi Mosque yang merupakan salah satu masjid tertua di Kerala. Dari masjid, kami diajak ke rumah beliau dan ditunjukkan beberapa koleksi buku beliau di bidang arkeologi.Hal yang menarik dari salah satu koleksi beliau adalah buku Interim Report of the Pattanam excavations/exploration 2013. Dalam buku itu dilaporkan adanya temuan tembikar yang berasal dari Asia Tenggara.Sayangnya tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai temuan tersebut. Selain itu kami berkunjung ke fort St. Angelo, benteng pertahanan yang dibangun oleh Portugis di abad 15 dan museum Arakkal yang merupakan satu-satunya kerajan muslim di Kerala. Yang menarik dari keluarga kerajaan ini adalah mereka menganut sistem matrilinear seperti yang dipraktekkan di Minangkabau.
- Kozhikode (Calicut)
Di daerah Kozhikode kami bertemu dengan Abdul Majeed yang merupakan pensiunan arsiparis di Regional Archive of Kozhikode. Abdul Majeed memberi tahu bahwa terdapat peraturan perizinan yang harus kami urus ke Departemen Arsip di wilayah Trivandrum. Biasanya pengurusan izin ini memakan waktu sekitar 3 minggu. Meskipun tidak dapat mengakses arsip, dari beliau kami mengetahui bahwa arsip-arsip yang ada di sana mulai dari abad ke 18. Beliau memberikan buku guide to records of regional archive Kozhikode untuk memberikan gambaran lebih lanjut mengenai koleksi arsip regional Kozikode. Selain Abdul Majeed kami juga bertemu dengan Dr. Abdurahhman Mangad di kantornya CH Mohammed Koya, Chair for Studies on Developing Societies University of Calicut. Di sana kami diperlihatkan koleksi mereka naskah-naskah beraksara Arab Malayalam dan Tamil. Selain mengunjungi Arsip kami juga mengujungi Gujarat Street untuk melihat, tempat pedagang Arab menetap pada abad 17. Saat ini Gujarat street berubah menjadi kawasan pertokoan dan galeri antik. Salah satu yang menarik dari kawasan ini adalah adanya peninggalan bangunan dan juga masjid. Salah satu masjid yang ada di sana adalah Mishkal Palli (masjid Mishkal). Masjid tua ini dibangun pada abad 14 oleh Nakhuda Mishkal, saudagar dari Yaman. Masjid ini sempat terbakar sebelum akhirnya dibangun kembali. Masjid ini terdiri dari 4 tingkatan dua lantai untuk masjid, satu lantai untuk kelas (madrasa) dan lantai paling atas untuk imam tinggal. Sayangnya ada aturan yang melarang perempuan masuk masjid sehinga kami hanya bisa melihat-lihat disekitar saja. Menariknya aturan semacam ini hamper dapat ditemukan di banyak masjid di daerah Kerala, termasuk Kannur. Kalaupun Perempuan diizinkan ke masjid, mereka biasanya dibuatkan ruangan terpisah dari bangunan masjid utama. Selain bertemu orang, kami mencoba makanan yang secara bentuk sangat familiar dengan makanan di Indonesia. Kami mencoba puttu yang secara bentuk sangat mirip dengan putu yang ada di Indonesia. Bedanya jika Putu di Indonesia kita konsumsi bersama gula merah, maka di sini puttu dikonsumsi bersama kari dan dijadikan menu sarapan. Secara bentuk, Puttu di India jauh lebih besar disbanding putu yang ada di Indonesia. Dari Calicut, kami berkesempatan untuk mengunjungi Kadalundi. Di Kadalundi, terdapat Dargah Jamalulaili Syed Muhammad Bahasan, seorang sufi yang berasal dari Aceh dan menyebarkan ajarannya di Kerala pada abad 18.
- Kochin
Kunjungan kami di Kochin berfokus pada tempat-tempat bersejarah. Kami mengunjungi Jews Town,dengan mengunjungi Pardesi Sinagog yang didirikan pada pertengahan abad ke 16. Sinagog ini dibangun oleh Sephandic atau orang yahudi yang berbahasa Portugis. Kemudian kami mengeksplor wilayah sekita Fort Kochin dengan mendatangi Mattancherry Palace Museum. Bangunan museum ini dibangun oleh portugis pada tahun 1555. Di museum ini kami dapat melihat lukisan cerita Ramayana yang dilukis pada dinding museum. Sayangnya tidak diperbolehkan memotret lukisan tersebut. Selain itu di museum ini juga menceritakan mengenai Sejarah keluarga kerajan kochin, dan peninggalan-peninggalan benda Kerajaan tersebut, Selain Mattancherry Palace kami juga mengunjungi Bastion Bungalow, St. Francis Church, Dutch Cemetery. Yang paling mengesankan dari tiga lokasi selanjutnya adalah Bastion Bungalow. Di museum ini kami menemukan koleksi-koleksi yang berhubungan dengan nusantara yakni surat-surat dari VOC di Batavia ke raja Kochin serta koleksi peta yang menunjukkan wilayah nusantara yang dibuat oleh Portugis dan juga Belanda. Perjalanan kami berakhir dengan perpindahan lokasi menuju ke New Delhi untuk persiapan seminar deseminasi hasil kegiatan residensi Apresiasi Pelaku Budaya di Jalur Rempah yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2023 pukul 19.00 waktu India. Kegiatan ini dilakukan secara hybrid, di Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi dan dihadiri oleh teman-teman dari Persatuan pelajar Indonesia (PPI) India. Setelahnya pada tanggal 21 Oktober 2023, kami berangkat untuk pulang ke Indonesia. D. Dokumentasi kegiatan : Keterangan Gambar : Tamil Nadu Archive (kiri) dan State archive of Pondicherry (kanan) Contoh temuan di arsip : Dutch Record (kiri) dan diary and consultation book (kanan) Foto bersama arsiparis regional archive Kozhikode Calicut (kiri), Koleksi museum Arakkal Family (kanan).
Saran dan Penutup
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang berupaya menggali potensi-pontensi apa saja yang dapat diakses di wilayah India untuk mencari hubungan, koneksi dan juga pengaruh antara India dan Indonesia. Karena kegitan ini merupakan kegiatan pembuka, maka ada banyak kekurangan, keterbatasan dan kendala yang dihadapisehingga hasil yang didapatkan masih berupa bukti-bukti awal yang butuh diekplorasi lebih dalam agar narasi keterhubungan dapat dibangun.
Selain itu ada banyak potensi jika kegiatan ini dilanjutkan. Eksplorasi lanjutan dapat dilakukan dengan mengakses koleksi-koleksi arsip, dokumen, manuskrip yang tersimpan di Tamil Nadu Archive (Koleksi Arsip Dutch Record), State Archive in Ponducherry (khususnya arsip-arsip berbahasa Prancis), Regional Archive Kozhikode, dan Government Oriental Manuscript Library di Anna Centenary Library, koleksi manuskrip berbahasa arab, tamil dan malayalam dari Mapilla heritage Library. Pontensi lain yang bisa dikerjakan yakni melihat koneksi dari peninggalan budaya seperti makanan, tekstil, bahasa, tradisi keagamaan,tradisi pengobatan, seni, dsb.
Demikian laporan kegiatan ini dibuat, ada banyak kekurangan dan keterbatasan dari kegiatan ini, namun besar harapan agar kegiatan ini dapat diteruskan sehingga temuan awal yang sudah dikumpulkan dapat diteruskan untuk membentuk narasi yang lebih utuh.