Nayinnar Kuniyappan adalah pedagang kaya asal India Selatan yang terlupakan. Karya Jorge M Dos Santos Alves berbahasa Prancis yang diterbitkan Archipel berjudul Un Tamoul Syahbandar de Samudera-Pasai au début du XVIe siècle ( Shahbandar Tamil di Samudra Pasai Awal Abad ke-16) menjadi satu-satunya sumber utama yang dirujuk oleh pengkaji-pengkaji sejarah diaspora India Selatan di Sumatra dan Selat Melaka abad ke-16, termasuk kronologis fakta dalam tulisan ini.
Artikel ini tidak ditujukan untuk menyediakan penemuan baru melainkan semata berbagi pada pembaca Indonesia dan pencakap Melayu soal sejauh apa gerak Nayinnar Kuniyappan sudah ditemukan. Semoga kajian lebih jauh terinspirasi dari tulisan kecil ini. Sebagai penggelut sejarah, identitas Nayinnar Kuniyappan menarik perhatian saya. Dalam proses menyelesaikan program doktor mengenai orang Keling di Aceh, saya menemukan beberapa hal tambahan krusial, bahwa akhir abad ke-15 telah terbentuk komunitas Nayinnar di Aceh. Sedikitnya sumber primer soal komunitas ini menyebabkan timbulnya beberapa spekulasi, termasuk soal akar kata Nayinnar ini sendiri.
Menurut Sanjay Subrahmaniam (2011), kata Nayinnar ditemukan di Sumatra sejak abad ke-11 di Labo Tuo (Barus), Sumatra Utara. Subrahmaniam mengatakan Nayinar berasal dari kata Nayana yang menunjuk pada profesi ahli perkapalan yang bisa dibilang serupa dengan nakhoda. Pemakaian Nayinar sering ditemukan dikalangan orang Malabar, Koromandel, dan bahkan Persia-India. Batu prasasti kira kira dari abad ke-13 yang ada di Neusu Aceh juga memperlihatkan kata serupa (nam-makkal). Shokoohy (2003) menambahkan bahwa Nayinar adalah nama yang sering disemat pada Muslim berbahasa Tamil.
Sejak akhir tahun 1990an, kajian soal diaspora India Selatan di Sumatra terus meningkat. Sejauh ini diketahui bahwa Tamil India Selatan atau Keling sebagaimana mereka dikenal dengan panggilan tersebut di Asia Tenggara, khususnya kalangan Melayu, telah ada di Barus sejak abad ke-11. Disusul kemudian dengan keberadaan komunitas-komunitas dari India Utara dan Selatan di Pasai pada akhir abad ke 15. Sejak periode ini, jejak-jejak langkah mereka terus bermunculan di abad ke-16-17 dan memuncak pada abad ke 18 hingga kemudian jatuh mundur pada abad ke 19.
Nayinnar Kuniyappan adalah salah satu figure Keling yang punya kontak dengan kawasan Aceh-Pasai dan Malaysia-Malaka awal abad ke-16. Berita berita mengenainya diazaskan pada sumber primer dari laporan-laporan Portugis seperti catatan Joao de Barros dan Manuel Godinho. Godinho diinfromasikan berinteraksi langsung dengan Nayinnar Kuniyappan.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ia bukan Nayinar pertama yang wara wiri berdagang di pulau-pulau Semenajung Melayu, Indonesia, dan Samudra Hindia pada abad ke-16. Telah terdapat Nayinnar-Nayinnar lain yang mendahuluinya, diantaranya Naina Hisana bin Naina (w. 1420), Naina Hishamuddin dan Naina Abdul Karim yang makamnya masih terbujur menunggu kajian lebih lanjut di Pasai, Aceh Utara.
Diketahui pula bahwa Nayinnar Chetu (Setu Nayinar) yang terkenal di Malaka itu juga sadar akan pentingnya peradagangan di kawasan Aceh Utara ini. Ini bisa dilihat dari puterinya yang memutuskan membawa dua orang Portugis ke Pidie dan membantu mereka membangun usaha dan kediaman dagang di kawasan ini.
Jaringan dan Pengaruh Dagang
Pasai adalah pelabuhan penting, bahkan sebelum Malaka runtuh tahun 1511. Dilaporkan bahwa setiap tahunnya beraneka ragam kapal dari seluruh penjuru dunia tiba dipelabuhan ini. India Selatan punya Koromandel, Kanjimedu, Nagore, Nagapattinam, dan khususnya Pulikat yang secara konstan bertali-talian dalam jaringan kelautan dan bisnis pada abad-abad selanjutnya. Nayinnar Kuniyappan sendiri berasal dari Kanjimedu. Tidak mengherankan dengan jaringan dagang di wilayah ini yang bertahan secara stabil, ia menjadi salah satu mogul berpengaruh, termasuk di Samudra Hindia.
Menginvestasi dalam jumlah besar adalah salah satu kekuatan dagangnya. Ia dan pedagang Keling lainnya biasa menanam modal pada komoditas kapas dan makanan antara koromandel, Malacca dan Samudra Pasai. Modalnya yang lain terdapat dalam rute perkebunan cengkeh dan pala di Maluku, Banda, Siam dan Bengal. Bahkan ia juga mempercayakan modalnya dalam pasar-pasar Cina.
Sejak sebelum keruntuhan Malaka, relasi bisnis Nayinnar Kuniyappan juga sudah melibatkan pedagang-pedagang independen dan pegawai-pegawai kekaisaran Portugis, seperti misalnya Bastiao Afonso, Joao Rebelo, Pero Vaz Travassos, Antonio Rodrigues dan Lourenco Flores. Ini pula yang menyebabkan perannya begitu penting dalam menjembatani lidah Pasai dan Portugis dalam masa-masa tegang antara tahun 1519-1523.
Pasai dan Konflik Internal
Pasai, setelah meninggalnya Sultan Mahmud Malik al Zahir pada tahun 1494, disibukkan oleh perebutan takhta antara dua kubu; garis keturunan almarhum dan kubu oposisinya. Kubu oposisi tersebut diketahui punya hubungan erat dengan pihak asing dan pemangku jabatan tinggi yang menaikkan seorang pangeran dari Kesultanan Aru.
Keturunannya yang masih belia, Zainal Abidin, harus mengungsi ke Malaka dan bintan (banten?) antara tahun 1511-19. Saat masa pengungsian ini, Samudra Pasai telah melihat pengganti Sultan yang berasal dari Pidie, Peudada dan seorang Muslim dari Teluk Persia
kawasan Hurfakkan.
kawasan Hurfakkan.
Nayinar ditunjuk sebagai shahbandar sekaligus mediator tahun 1519. Dalam posisinya itu dan sebagai partner dagang terdekat dengan Portugis, ia membantu pembebasan orang Portugis yang menjadi sandera Raja Ibrahim Ali Mughayat Syah. Ia juga berperan sebagai orang tengah dalam konflik antara Sultan Zainal Abidin dan Portugis antara tahun 1519-1521. Konflik ini menjadi lebih parah setelah serangan Jorge de Albuquerque terhadap Samudra Pasai yang menyebabkan tewasnya Sultan Zainal Abidin. Persitiwa ini meletakkan shahbandar Keling kita dalam posisi terancam.
Tahun 1521, Samudra Pasai dikalahkan oleh Portugis dan tahun 1523 Pasai dan Pidie bersatu mendepak Portugis dari bentengnya di Pasai, persatuan dua kekuatan yang dipimpin oleh Ali Mughayat Syah dan Raja Lela. Kemenangan ini menguntungkan Aceh namun secara pasti mengasingkan keseluruhan pengaruh Nayinnar Kuniyappan. Dalam beberapa kesempatan juga, keselamatannya mengkhawatirkan.
Untuk menyelamatkan komunitas dagang Keling bawahannya dan jaringan dagangnya di Pasai, ia memutuskan berkolaborasi dengan Portugis. Suatu keputusan yang ternyata sia-sia karena pada bulan kekalahan Portugis tahun 1523 oleh kekuatan militer Aceh yang hebat memaksa mereka untuk meninggalkan benteng pertahananya di Samudra Pasai.
Pergi Demi Kembali
Nayinnar Kuniyappan menyusul langkah Portugis dan bergerak ke Goa. Disana ia bertemu dengan Gubernur Duarte de Menesses dan mengusulkan permintaan bantuan untuk membangun kembali kepercayaan dagang dengan Samudra Pasai. Dari permintaan ini, Nayinnar Kuniyappan menjamin ukuran keuntungan bagi Portugis. Permintaan ini ditolak oleh Estado da India.
Ia tak berputus asa. Setelahkembali ke Malaka tahun 1524, ia melanjutkan bisnis perdagangan lautnya dengan harapan mampu merajut kembali hubungan dengan Pasai. Ditemani oleh anak lelakinya, tahun 1525, Ia diketahui mengunjungi Aceh dengan 3 kapal yang dikirim untuk perdagangan makanan, rotan, dan Gajah antara Kedah dan Malaka. Setahun setelahnya ia mengepalai kapal dagang makanan dan merkuri antara Pegu dan Malaka.
Dalam upaya intervensi politik lainnya di Aceh, Sultan Pidie berakhir dalam pengungsian ke Perlis. Untuk misi agar mendapat rangkulan kembali di Pasai, Nayinnar berupaya untuk melakukan pendekatan dengan sang Sultan. Meninggalkan Malaka bulan Januari tahun 1526, sayangnya, kapalnya hilang kemudi dan terbawa ke Tanjung Komorin. Disini ia bertemu dengan kapal Marakkayar, seorang Mappila Kochin yang setia melayani Samorin Kalkuta.
Entah bagaimana, terdapat pertempuran dan Nayinnar Kuniyappan tewas. Kapal Nayinnar Kuniyappan kemudian diketahui sampai ke Kochin. Salah satu awaknya melarikan diri dengan kapal lain yang menuju Kanjimedu. Pelari tersebut adalah anak lelaki Nayinnar Kuniyappan.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa Nayinnar Kuniyappan bersikeras agar bisa kembali ke Pasai. Nayinnar Kuniyappan terlahir Hindu namun setelah berita kematiannya sampai pada pihak Portugis, ia dan anaknya diberitakan telah menjadi Muslim. Rasa ‘kebersamaan’
ini barangkali yang menuntun tekad tersebut.
ini barangkali yang menuntun tekad tersebut.
telah terbit sebelumnya di https://republika.co.id/berita/q9blmt385/nayinar-kuniyappan-mogul-muslim-keling-pasai-tahun-1500-m
*foto figur diambil dari Journal Archipel.